CHILDHOOD MEMORIES: ANTARA PUSUK BUHIT ATAU SIPISO-PISO
Ahad, 23
Desember 2012. Perjalanan dari Villa Bukit Asri, Berastagi menuju Taman Simalem
Resort, Merek ditempuh dengan dua mobil yang berjalan beriringan melintasi jalanan
Tanah Karo yang bergelombang, menerobos tinggian bukit barisan yang terangkat
akibat dorongan gaya kompresi Indo-Australian plate dengan penunjaman bersudut
tumpul di sebelah barat Pulau Sumatera.
Gambar 1. Villa Buikt
Asri yang berlokasi di Jalan Jamin Ginting, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera
Utara
Sepanjang jalan saya menatap pemandangan indah
dari dalam mobil, hingga akhirnya sampai di kawasan Merek. Ada sebuah view
bukit yang menarik perhatian saya, bukit ini terlihat minim vegetasi pada
bagian slopenya, namun vegetasi
terlihat tumbuh lebat di bagian puncaknya. Saya bertanya, "om, itu bukit
apa?", kemudian om saya menjawab "itu Pusik Buhit". Saya yang
saat itu belum mengetahui nama bukit tersebutpun percaya begitu saja. Saya
hanya kagum dengan keindahan bukit ini, karena sudah beberapa kali melintas di
sana dan selalu memperhatikan bukit tersebut.
Gambar 2. View Gunung
Sipiso-piso yang terlihat dari Jalan Raya Kabanjahe-Merek, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara.
Gambar 3. View Gunung
Sipiso-piso yang terlihat dari Google Earth
Hampir 7 tahun
berlalu, saya cari informasi tentang bukit ini, orang-orang menyebutnya dengan “Bukit
Gundul”. Akhirnya saya menemukan beberapa jurnal geologi yang menjelaskan
tentang bukit ini. Bukit ini merupakan Gunung Sipiso-piso (Tanduk Benua), Satu
dari empat volcanic cone dan lava dome yang terbentuk pasca letusan Gunung
Toba Fase Youngest Toba Tuff / YTT (<0,074 jt tahun). Tiga lainnya adalah
Samosir Dome yang berada di Samosir (0,069 jt – 0,065 jt tahun), Pardepur Dome
di daerah Muara (0,063 jt tahun), dan Pusuk Buhit Volcano di daerah Tele (0,062
jt tahun).
Gambar 4. Lokasi
beberapa volcanic cone dan lava dome di sekitar Kaldera Toba yang
terbentuk pasca YTT
Sayangnya saya belum menemukan jurnal yang
mencatut umur pasti batuan produk Gunung Sipiso-piso ini. Produk Gunung
Sipiso-piso didominasi Basaltic-Andesite dan Dacite dengan rentang SiO2
52-63%, Kehadiran mineralnya didominasi oleh plagioklas, piroksen, hornblende,
dan biotit yang tertanam dalam massa dasar gelas vulkanik. Lava yang paling
basa dan encer jika dibandingkan tiga volcanic
cone dan lava dome lainnya yang
terbentuk pasca fase YTT. Produk terasam dan terkental berasal dari Samosir Dome
berupa rhyolite dengan SiO2 72-75%.
Gambar 5. Produk
Gunung Sipiso-piso pada pengamatan sayatan tipis (XPL), Basalt (atas) dan Dasit (bawah)
Gambar 7. Diagram
perbandingan SiO2 vs K2O + Na2O dari produk
Sipiso-piso (Segitiga)
Pembentukan
Gunung Sipiso-piso tidak terkait langsung dengan pembentukan Air Terjun
Sipiso-piso. Air Terjun Sipiso-piso sendiri terbentuk ketika tubuh Gunung Toba
collapse dan membentuk kaldera pada fase YTT. Collapsenya tubuh Gunung Toba
membentuk sesar normal dimana terdapat bagian blok gunung yang turun sehingga memungkinkan
air sungai yang mengalir di sekitarnya masuk ke dalam kaldera, sehingga
terbentuklah air terjun. Batuan yang tersingkap pada dinding Air Terjun
Sipiso-piso merupakan batuan dasar Pulau Sumatera berjenis meta-pebbly mudstone berusia Carboniferous-Permian (320-280 jt
tahun) yang merupakan bagian dari fragmen Benua Gondwana. Batuan ini
diendapakan pada lingkungan glacial (es),
dimana pada kurun waktu tersebut sebagian besar Benua Gondwana masih berada di
bagian selatan bumi (Kawasan Antartika dan Australia). Inilah salah satu
keunikan Toba, dimana letusannya mampu mengekspos batuan dasar di bawahnya.
Batuan ini di bawa ribuan kilometer dari belahan bumi bagian selatan oleh suatu
proses tektonik lempeng sehingga menjadi salah satu batuan dasar di Pulau
Sumatera.
Gambar 7. Air Terjun
Sipiso-sipiso dan Batuan Dasar yang tersingkap di kawsan tersebut
Gunung
Sipiso-piso merupakan hasil intrusi hipabisal sehingga batuan yang terbentuk
kebanyakan meunjukkan tekstur porfiritik. Intrusi hipabisal merupakan intrusi
magma dangkal yang menghasilkan ukuran mineral yang bervariasi. 9 km di sebelah
timur gunung ini juga terdapat sebuah lava
dome. Namanya Dolok Singgalang,
produknya juga berupa basaltic - andesite dengan SiO2 54-56 %. Menurut
Chesner (2012), usia Dolok Singgalang lebih tua dari Gunung Sipiso-piso, dengan
puncak yang sudah tererosi secara masif. Namun, pada jurnalnya tidak disebutkan
umur pasti dari produk Dolok Singgalang ini.
Gambar 8. View Udara
Gunung Dolok Singgalang yang berlokasi di Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera
Utara
Sekian
dulu konten kali ini. Semoga bisa menambah pengetahuan. Setiap daerah mempunyai
keunikan geologinya masing-masing, khususnya Indonesia. Geologinya yang
kompleks menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti untuk menguak semua
misteri di dalamnya. Sebuah pernyataan yang tepat disematkan, bahwa “geologi
Indonesia itu rumit, tapi menarik”. Nah, melalui blog ini, saya berusaha
mempublikasikan indahnya keanekaragaman geologi Indonesia, khusunya di sekitar
Sumatera Utara.
Sumber:
- Magma Genesis in Kabanjahe Region Continental Margin Arc of Sumatran (B.
H. Harahap, 2011)
- Post-supereruption recovery at Toba Caldera (Mucek et. al, 2017)
-The Toba Caldera Complex (C. A. Chener, 2012)
-Toba Caldera Geopark: Section B Geological Heritage and Geological
Summary
Komentar
Posting Komentar